Rabu, 28 Oktober 2015

Soeharto: The Life and Legacy of Indonesia's Second President

SOEHARTO:
THE LIFE AND LEGACY OF INDONESIA’S SECOND PRESIDENT

Judul               : Soeharto: The Life and Legacy of Indonesia’s Second President.
Penulis             : Retnowati Abdulgani – KNAPP
Penerbit           : Marshall Cavendish Editions
Bahasa             : Bahasa Inggris
Halaman          : 376 halaman

Buku ini menceritakan tentang riwayat hidup presiden kedua Indonesia, Soeharto, sejak beliau lahir hingga lengser dari kursi presiden. Sebelum mengenal Soeharto, kita diajak untuk mempelajari karaktersistik orang Jawa, mulai dari pembagian kelas dalam masyarakat, kepercayaan pada primbon, dan tuntutan pada seorang pemimpin. Soeharto dinggap memenuhi kriteria seorang pemimpin bagi masyarakat Jawa.

Soeharto dilahirkan di daerah Kemusuk pada tanggal 8 Juni 1921, lewat perjodohan antara Kertosudiro dan Sukirah. Soeharto hidup bahagia di pedesaaan, dan hingga menjadi presiden pun beliau masih mempertahankan gaya hidup sederhana. Soeharto kecil dibekali pengetahuan agama dan umum yang memadai. Meskipun orang tua beliau bercerai, keluarga besarnya merawat Soeharto dengan baik.

Soeharto menyelesaikan sekolahnya di Yogyakarta. Saat ini mulai terdengar pemberontakan terhadap pemerintah kolonial Belanda, namun Soeharto sendiri belum ikut andil. Beliau sibuk menyelesaikan sekolah dan mencari pekerjaan.

Soeharto bergabung dengan KNIL, hingga kemudian bergabung dengan PETA dan akhirnya TNI. Soeharto diangkat menjadi Letnan Kolonel di wilayah Yogya. Saat inilah Soeharto menikah dengan Sri Hartinah, atau yang lebih dikenal dengan Ibu Tien.


Karir Soeharto di bidang militer yang gemilang mengantarkannya menjadi presiden kedua Indonesia menggantikan Ir. Soekarno. Buku ini mengenalkan berbagai sisi Soeharto, mulai dari kecil hingga turun dari jabatan presiden. Penulis buku ini berkomunikasi langsung dengan pihak keluarga Soeharto, sehingga buku ini menyajikan baik fakta-dari fakta dalam kehidupan Soeharto, mulai kesuksesan selama menjabat sebagai presiden, hingga rumor-rumor miring yang menerpanya.

Buku ini cukup menggambarkan kehidupan Soeharto, sehingga wajar saja jika diberi judul The Life and Legacy of Indonesia's Second President.

Rabu, 14 Oktober 2015

Barang-Barang Impor Indonesia

Siapapun pasti tahu bahwa Indonesia masih mengimpor sebagian barang-barang dari luar negeri, beras contohnya. Padahal, kita dikenal sebagai negara agraris dan dulunya sempat berhasil mengadakan Swasembada Pangan. Bagaimana bisa Indonesia mengimpor beras dari luar negeri?

Selain beras, ada pula bahan-bahan pokok yang diimpor Indonesia. Apa sajakah itu? Berikut daftar lengkap 29 komoditas bahan pangan yang diimpor Indonesia kurun Januari-November 2013:

1.  Beras

Nilai impor: US$ 226,4 juta
Volume impor: 432,8 juta kilogram (kg)
Negara eksportir: Vietnam, Thailand, India, Pakistan, Myanmar, dan lainnya

2. Jagung

Nilai impor:  US$ 822,35 juta
Volume impor: 2,8 miliar kg
Negara eksportir: India, Brasil, Argentina, Thailand, Paraguay, dan lainnya

3. Kedelai

Nilai impor: US$ 1 miliar
Volume impor: 1,62 miliar kg
Negara eksportir: Amerika Serikat (AS), Argentina, Malaysia, Paraguay, Uruguay, dan lainnya

4.  Biji gandum dan mesin

Nilai impor: US$ 2,26 miliar
Volume impor: 6,21 miliar kg
Negara eksportir: Australia, Kanada, AS, India, Ukraina, dan lainnya

5. Tepung terigu

Nilai impor: US$ 74,9 juta
Volume impor: 185,8 juta kg
Negara eksportir: Srilanka, India, Turki, Ukraina, Jepang, dan lainnya

6. Gula pasir

Nilai impor: US$ 44,4 juta
Volume impor: 75,8 juta kg
Negara eksportir: Thailand, Malaysia, Australia, Korea Selatan, Selandia Baru dan lainnya

7. Gula Tebu

Nilai impor: US$ 1,5 miliar
Volume impor: 3,01 miliar kg
Negara eksportir: Thailand, Brasil, Australia, El Salvador, Afrika Selatan dan lainnya

8. Daging sejenis lembu

Nilai impor: US$ 185,8 juta
Volume impor: 41,5 juta kg
Negara eksportir: Australia, Selandia Baru, AS dan Singapura

9. Jenis lembu

Nilai impor: US$ 271,2 juta
Volume impor: 104,4 juta kg
Negara eksportir: Australia

10. Daging ayam

Nilai impor: US$ 30.259 
Volume impor: 10.825 kg
Negara eksportir: Malaysia

11. Garam

Nilai impor: US$ 85,6 juta
Volume impor: 1,85 miliar kg
Negara eksportir: Australia, India, Selandia Baru, Jerman, Denmark dan lainnya

12. Mentega

Nilai impor: US$ 93,7 juta
Volume impor: 20,8 juta kg
Negara eksportir: Selandia Baru, Belgia, Australia, Prancis, Belanda dan lainnya

13. Minyak goreng

Nilai impor: US$ 77,4 juta
Volume impor: 84,7 juta kg
Negara eksportir: Malaysia, India, Vietnam, Thailand, Indonesia dan lainnya

14. Susu

Nilai impor:  US$ 772,4 juta
Volume impor: 194,5 juta kg
Negara eksportir: Selandia Baru, AS, Australia, Belgia, Belanda dan lainnya.

15. Bawang merah

Nilai impor: US$ 38,9 juta
Volume impor: 81,3 juta kg
Negara eksportir: India, Thailand, Vietnam, Filipina, China, dan lainnya

16. Bawang putih

Nilai impor: US$ 333,3 juta
Volume impor: 404,2 juta kg
Negara eksportir: China, India, Vietnam

17. Kelapa

Nilai impor: US$ 868.209
Volume impor: 835.941 kg
Negara eksportir: Thailand, Filipina, Singapura, Vietnam dan lainnya

18. Kelapa Sawit

Nilai impor: US$ 2,4 juta
Volume impor: 3,25 juta kg
Negara eksportir: Malaysia, Papua Nugini, Virgin Island

19. Lada

Nilai impor: US$ 3,4 juta
Volume impor: 371.002 kg
Negara eksportir: Malaysia, Vietnam, Belanda, AS dan lainnya

20. Teh

Nilai impor: US$ 27,7 juta
Volume impor: 19,5 juta kg
Negara eksportir: Vietnam, Kenya, Iran, India, Srilanka dan lainnya

21. Kopi

Nilai impor: US$ 37,4 juta 
Volume impor: 15,2 juta kg
Negara eksportir: Vietnam, Brasil, AS, Italia dan lainnya

22. Cengkeh

Nilai impor: US$ 3,3 juta 
Volume impor: 309.299 kg
Negara eksportir: Madagaskar, Brasil, Mauritius, Singapura, dan Comoros

23.  Kakao

Nilai impor: US$ 73,2 juta
Volume impor: 29,3 juta kg
Negara eksportir: Ghana, Pantai Gading, Papua Nugini, Kamerun dan Ekuador

24. Cabai

Nilai impor: US$ 368.361
Volume impor: 293.926 kg
Negara eksportir: Vietnam dan India

25. Cabe (kering)

Nilai impor: US$ 20,9 juta
Volume impor: 17,1 juta kg
Negara eksportir: India, China, Thailand, Jerman, Spanyol dan lainnya

26. Cabe (awet)

Nilai impor: US$ 2,7 juta 
Volume impor: 2,6 juta kg
Negara eksportir: Thailand, China, Malaysia dan Turki

27. Tembakau

Nilai impor: US$ 571,6 juta
Volume impor: 111,8 juta kg
Negara eksportir: China, AS, Turki, Brasil, Italia dan lainnya

28. Ubi kayu

Nilai impor: US$ 38.380 
Volume impor: 100.798 kg
Negara eksportir: Thailand dan Vietnam

29. Kentang

Nilai impor: US$ 27,6 juta
Volume impor: 44,6 juta kg
Negara eksportir: Australia, Kanada, AS, Mesir, Jerman dan lainnya.

Hm... banyak juga, ya? Padahal ini hanya sebatas bahan pokok. Belum teknologi, otomotif, dan masih banyak komoditi lain. Kita doakan saja Indonesia bisa segera mengurangi "kuota" impor ini, ya?

Sumber: http://bisnis.liputan6.com/read/791549/daftar-29-bahan-pangan-yang-diimpor-ri-sampai-november

Selasa, 22 September 2015

Gerakan 30 September

G-30S/PKI—sudah tidak asing di telinga kita, bukan?

Selama ini, nama PKI alias Partai Komunis Indonesia selalu menjadi satu-satunya pelaku peristiwa bersejarah ini. Pertanyaannya, benarkah hanya PKI yang terlibat? Kita tidak bisa menutup kemungkinan adanya campur tangan pihak-pihak lain. Berbagai teori konspirasi bermunculan, mulai dari keterlibatan Presiden Soekarno hingga CIA. Nah, apa sebenarnya rahasia di balik peristiwa ini?

Sebelumnya, kita harus tahu apa yang terjadi di tanggal 30 September itu. Sebenarnya, rentetan peristiwa ini terjadi pada malam hari dan sudah memasuki tanggal 1 Oktober, akibatnya nama Gestok atau Gerakan Satu Oktober juga merupakan nama lain dari G-30 S. Tujuh perwira tinggi militer TNI-AD beserta beberapa orang lainnya dibunuh dalam suatu percobaan kudeta terhadap pemerintahan saat itu.

LATAR BELAKANG

Partai Komunis Indonesia sempat mengalami kemunduran setelah dikalahkan dalam Pertempuran Madiun. Selama masa demokrasi liberal (1950-1959), PKI melakukan pemulihan hingga akhirnya berhasil masuk ke parlemen. Salah satu tokoh PKI, D.N. Aidit, kembali ke Indonesia setelah kabur ke Moskow sesaat setelah peristiwa di Madiun. Aidit memperkenalkan paham baru dan membimbing PKI.

PKI mencoba mendirikan kabinet tanpa Masyumi, karena Ahmad Subardjo (tokoh yang menandatangani Mutual Security Act) merupakan anggota Masyumi. PKI tidak menyukai kerjasama Indonesia dengan Amerika Serikat. PKI berhasil menanamkan pengaruh hingga akhirnya dapat meraih posisi keempat dalam pemilli tahun 1955.

Setelah dikeluarkannya Dekrit Presiden Tahun 1959, Ir. Soekarno menyampaikan pidato yang isinya kelak akan dijadikan Garis Besar Haluan Nasional. Soekarno menunjuk Dewan Pertimbangan Agung untuk merumuskan GBHN tersebur, dan D.N. Aidit adalah ketua panitia perumusan itu. Aidit dapat memasukan program-program PKI ke dalam GBHN. Terlebih setelah pecahnya dwitunggal Soekarno-Hatta—PKI dapat menarik Presiden Soekarno lebih dekat. PKI mendukung penuh program-program Presiden Soekarno dan istilah NASAKOM (Nasionalis, Agama, Komunis) yang dicanangkannya.

PKI melakukan berbagai tindakan sabotase kereta api, dianggap ikut serta dalam kerusuhan kelompok-kelompok buruh tani, serta menyebarkan berbagai isu yang berhubungan dengan TNI-AD. PKI pernah mengusulkan dibentuknya “Angkatan Kelima” yang berisi buruh dan petani yang dipersenjatai. PKI melumpuhkan suatu partai yang mengancam akan meyebarluaskan suatu dokumen rahasia PKI yang berisi pernyataan akan mengubah Indonesia menjadi negara komunis. Ada pula isu dokumen Gilchrist yang berisi pernyataan kudeta terhadap Presiden Soekarno.
Salah satu isu yang disebarkan PKI adalah isu dewan jenderal. Muncul isu bahwa petinggi TNI-AD akan melakukan kudeta terhadap Presiden Soekarno, oleh karena itu TNI-AD harus dilumpuhkan untuk menghindari kerusuhan dan jatuhnya korban jiwa.

PERISTIWA

Pada 1 Oktober dini hari, 6 perwira tinggi TNI diculik dan dibunuh dalam upaya kudeta yang disalahkan pada pasukan pengawal istana (Cakrabirawa) yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Untung.
Keenam pejabat tinggi yang dibunuh tersebut adalah:
·         Letjen TNI Ahmad Yani (Menteri/Panglima Angkatan Darat/Kepala Staf Komando Operasi Tertinggi)
·         Mayjen TNI Raden Suprapto (Deputi II Menteri/Panglima AD bidang Administrasi)
·         Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono (Deputi III Menteri/Panglima AD bidang Perencanaan dan Pembinaan)
·         Mayjen TNI Siswondo Parman (Asisten I Menteri/Panglima AD bidang Intelijen)
·         Brigjen TNI Donald Isaac Panjaitan (Asisten IV Menteri/Panglima AD bidang Logistik)
·         Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo (Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan Darat)
Jenderal TNI Abdul Harris Nasution yang menjadi sasaran utama, selamat dari upaya pembunuhan tersebut. Sebaliknya, putrinya Ade Irma Suryani Nasution dan ajudannya, Lettu CZI Pierre Andreas Tendean tewas dalam usaha pembunuhan tersebut.
Para korban tersebut kemudian dibuang ke suatu lokasi di Pondok GedeJakarta yang dikenal sebagai Lubang Buaya. Mayat mereka ditemukan pada 3 Oktober.
Selain itu beberapa orang lainnya juga turut menjadi korban:
·         Bripka Karel Satsuit Tubun (Pengawal kediaman resmi Wakil Perdana Menteri II dr.J. Leimena)
·         Kolonel Katamso Darmokusumo (Komandan Korem 072/Pamungkas, Yogyakarta)
·         Letkol Sugiyono Mangunwiyoto (Kepala Staf Korem 072/Pamungkas, Yogyakarta)
Panglima Komando Strategi Angkatan Darat saat itu, Mayjen Soeharto kemudian mengadakan penumpasan terhadap gerakan tersebut.

TEORI-TEORI KONSPIRASI

Soekarno mengeluarkan istilah NASAKOM, yang mengesankan bahwa beliau mendukung gerakan PKI. Ada pula keterlibatan CIA dalam rangka pengadaan senjata bagi TNI-AD. Namun, di antara semua itu, yang paling mencolok adalah teori tentang keterlibatan Soeharto, yang kelak akan menjadi presiden Indonesia yang kedua.

Saat itu, Soeharto adalah salah satu petinggi TNI, namun mengapa beliau tidak ikut diculik? Posisi Soeharto bisa dibilang paling menguntungkan, karena Soeharto lah yang akan menumpas gerakan ini dan diangkat menggantikan Ir. Soekarno menjadi presiden dalam peristiwa Supersemar. Muncul spekulasi bahwa Soeharto lah dalang di balik semua ini.

Meski begitu, orang-orang yang mengeksekusi pergerakan ini juga bertindak dengan agak janggal. Menurut beberapa sumber, mereka hanya diperintahkan untuk mengamankan para perwira TNI tersebut, bukan justru membunuh mereka. Dan juga, apabila mereka termasuk bagian dari Cakrabirawa, seharusnya mereka mengenali A.H. Nasution—mereka justru salah dan menangkap Pierre Andreas. Aneh, bukan?

Jadi, sebenarnya siapa dalang di balik peristiwa ini?

Berbagai pihak yang terlibat dalam peristiwa ini sama-sama punya andil. Gerakan ini tidak dapat disebut G-30S/PKI, mengingat PKI bukanlah satu-satunya pihak yang terlibat. Bisa jadi Soeharto lah yang menjadi dalangnya, bisa juga PKI, atau mungkin ada pihak lain?
Tidak menutup kemungkinan akan terungkap lebih banyak fakta tentang peristiwa bersejarah yang penuh misteri ini.

Kesimpulannya, peristiwa 30 September ini tidak hanya melibatkan PKI, tetapi masih ada banyak misteri yang belum terungkap mengenai pihak-pihak yang terkait. Siapapun pihak yang ada di baliknya, peristiwa ini bukanlah peristiwa yang dapat dibanggakan dan merenggut nyawa orang lain. Semoga fakta-fakta lainnya dapat terungkap seiring waktu.


Kamis, 27 Agustus 2015

Abdulkadir Widjojoatmodjo: Orang Indonesia yang Memihak Belanda

Nama yang sangat Indonesia, kan?
Nama ini sudah tidak asing lagi bagi kita, pastinya. Beliau adalah salah satu perwakilan dalam Perundingan Renville. Uniknya, Abdulkadir yang namanya sangat berbau Jawa ini menjadi delegasi dari pihak Belanda. Nah, kok bisa, ya?

Raden Abdulkadir Widjojoatmodjo lahir di Salatiga, namun beliau memihak Belanda. Kedekatannya dengan Belanda tidak perlu diragukan. Abdulkadir adalah colonel di KNIL, kepala NICA, dan pernah beberapa kali menjabat sebagai administrator dan konsultan. Hampir seluruh pekerjaannya menerangkan dengan pasti keberpihakannya pada Belanda. Abdulkadir juga mendapat perlakuan baik dan bahkan diangkat untuk menjabat posisi-posisi penting oleh Belanda.

Karena itu, wajar bukan, apabila beliau lebih memihak Belanda?

Menurutmu?

Selasa, 18 Agustus 2015

Mengapa 10 November?



Mengapa 10  November?

Kita tahu bahwa tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan. Pertanyaannya; Mengapa harus 10 November?
Pada tanggal 10 November 1945, terjadi pertempuran besar di Surabaya yang dikenal sebagai Pertempuran Surabaya atau Peristiwa 10 November. Pertempuran ini adalah perang pertama pasukan Indonesia dengan pasukan asing setelah peristiwa Proklamasi Kemerdekaan. Perang ini juga merupakan salah satu pertempuran terbesar dan terberat dalam sejarah Revolusi Nasional.
Peristiwa ini dipicu oleh peristiwa perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato. Setelah peristiwa itu, meletuslah pertempuran anatara Indonesia dan Inggris yang saat itu menduduki Surabaya. Brigadir Jenderal Mallaby, pimpinan tentara Inggris untuk Jawa Timur, terbunuh. Penggantinya, Mayor Jenderal Robert Mansergh, mengeluarkan ultimatum yang menyebutkan bahwa semua pimpinan dan orang Indonesia yang bersenjata harus melapor dan meletakkan senjatanya di tempat yang ditentukan dan menyerahkan diri dengan mengangkat tangan di atas.
Ultimatum tersebut kemudian dianggap sebagai penghinaan bagi para pejuang dan rakyat. Pada 10 November pagi, tentara Inggris mulai melancarkan serangan berskala besar. Ribuan penduduk sipil jatuh menjadi korban dalam serangan tersebut. Setidaknya 6,000 - 16,000 pejuang dari pihak Indonesia tewas dan 200,000 rakyat sipil mengungsi dari Surabaya. Banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat sipil yang menjadi korban pada hari 10 November ini kemudian dikenang sebagai Hari Pahlawan oleh Republik Indonesia hingga sekarang.

Sumber:
https://id.wikipedia.org/wiki/Peristiwa_10_November



Jalur Diplomasi Indonesia



Diplomasi artinya perundingan/perjanjian yang dibuat untuk disepakati. Diplomasi adalah salah satu cara yang ditempuh Indonesia untuk mencapai kemerdekaan. Terhitung lima kali usaha Indonesia lewat jalur diplomasi. Berikut rincian beserta keuntungan dan kerugian jalur diplomasi tersebut bagi Indonesia:

1.      Perjanjian Linggrajati

Perjanjian Linggrajati berlangsung di Linggrajati,Cirebon pada 10 November 1946. Dalam perundingan, Indonesia diwakili oleh Sutan Syahrir dan Belanda diwakili Van Mook. Isi perjanjian Linggrajati adalah:

·         Belanda hanya mengakui kekuasaan RI atas Jawa,Madura, dan Sumatera.
·         RI dan Belanda bersama-sama membentuk Negara Indonesia Serikat  dengan nama Republik Indonesia Serikat (RIS) dan Indonesia merupakan salah satu negara bagiannya.
·         Negara Indonesia Serikat dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia-Belanda yang diketuai oleh ratu Belanda.

Hasil perundingan ini disebut sebagai Perjanjian Linggrajati yang ditandatangani di Istana Rijswijk (merdeka) pada tanggal 25 Maret 1947.

Meskipun perjanjian ini membawa keuntungan, yakni diakuinya kekuasaan RI, kerugian yang diderita Indonesia lebih banyak. Wilayah Indonesia dipersempit, dan Indonesia harus berada di bawah Uni Indonesia-Belanda yang dipimpin Belanda serta membentuk RIS.


2.      Perjanjian Renville

Perjanjian Renville berlangsung di kapal angkatan laut Amerika Serikat USS Renville. Untuk mengawasi pelaksanaan gencatan senjata dan sengketa Indonesia dengan Belanda, PBB membentuk Komite Tiga Negara (KTN) yang anggotanya dipilih Indonesia dan Belanda. Isi perjanjian Renville adalah:

·         Belanda hanya mengakui wilayah RI atas Jawa Tengah, Yogjakarta, Jawa Timur, sebagian kecil Jawa Barat dan Sumatera.
·         Tentara Republik Indonesia (TRI) ditarik mundur dari daerah kedudukan Belanda.

Meskipun diperuntukkan untuk mendamaikan Indonesia dengan Belanda, perjanjian ini sangat merugikan Indonesia. Wilayah Indonesia yang sudah sempit semakin dipersempit, perjanjian ini juga menimbulkan pemberontakan. Parahnya, Belanda mengumumkan bahwa tidak terikat lagi dengan perjanjian ini dan melancarkan Agresi Militer II.

3.      Perundingan Roem-Royen

Perjuangan rakyat dan tekanan internasional memaksa Belanda menerima perintah PBB agar menghentikan agresinya dan kembali ke meja perundingan. Untuk mengawasi jalannya perundingan, PBB membentuk UNCI (United Nations Comission for Indonesia). Perundingan ini ditandatangani pada 7 Mei 1949. Delegasi Indonesia dipimpin Mr. Moh. Roem dan Belanda dipimpin dr. Van Royen. Isi perjanjian Roem-Royen adalah:

·         Pemerintahan RI dikembalikan ke Yogyakarta, penghentian perang dan pembebasan tahanan politik.
·         Indonesia dan Belanda bekerja sama mengembalikan perdamaian.
·         Belanda menyetujui RI sebagai bagian dari Negara Indonesia Serikat.
·         Akan diselenggarakan KMB setelah pemerintahan RI kembali ke Jogjakarta

Dibandingkan perundingan-perundingan sebelumnya, perjanjian ini menghasilkan keputusan yang tidak terlalu merugikan Indonesia. Perjanjian ini juga meredakan agresi militer yang dilakukan Belanda. Meskipun begitu, wilayah Indonesia tidak benar-benar diakui seperti kemauan kita, yakni seluruh bekas jajahan Belanda.

4.      Konferensi Inter-Indonesia

Konferensi Inter Indonesia merupakan konferensi yang berlangsung antara negara Republik Indonesia dengan negara-negara boneka atau negara bagian bentukkan Belanda yang tergabung dalam BFO (Bijenkomst Voor Federal Overslag) Konferensi Inter Indonesia berlangsung di Yogyakarta pada tanggal 19-22 Juli 1949 yang dipimpin oleh Wakil Presiden Drs. Mohammad Hatta. Hasil kesepakatan dari Konferensi Inter-Indonesia adalah:

·         Negara Indonesia Serikat disetujui dengan nama Republik Indonesia Serikat (RIS) berdasarkan demokrasi dan federalisme (serikat).
·         RIS akan dikepalai oleh seorang Presiden dibantu oleh menteri-menteri yang bertanggung jawab kepada Presiden.
·         RIS akan menerima penyerahan kedaulatan, baik dari Republik Indonesia maupun dari kerajaan Belanda.
·         Angkatan perang RIS adalah angkatan perang nasional, dan Presiden RIS adalah Panglima Tertinggi Angkatan Perang RIS.
·         Pembentukkan angkatan Perang RIS adalah semata-mata soal bangsa Indonesia sendiri. Angkatan Perang RIS akan dibentuk oleh Pemerintah RIS dengan inti dari TNI dan KNIL serta kesatuan-kesatuan Belanda lainnya.

Perjanjian ini membahas tentang negara-negara boneka yang sejujurnya memecah-belah Indonesia. Meskipun banyak menyepakati tentang kekuatan militer, bersatunya wilayah Indonesia belum terwujud.

5.      Konferensi Meja Bundar (KMB)

KMB merupakan tindak lanjut dari Perundingan Roem-Royen . KMB bertempat di Deen Hag,Belanda pada tanggal 23 Agustus-2 November 1949. Delegasi Indonesia dipimpin Moh.Hatta, delegasi BFO (Bijeenkomst Voor Federal Overleg) atau Badan Musyawarah negara-negara Federal dipimpin Sultan Hamid II, delegasi Belanda dipimpin Mr. Van Maarseveen,sedangkan UNCI dipimpin oleh Chritchley. Hasil dari KMB adalah:

·         Indonesia menjadi Republik Indonesia Serikat (RIS) dan Belanda menyerahkan kedaulatan pada RIS pada akhir Desember 1949.
·         RIS dan Belanda akan tergabung dalam Uni Indonesia-Belanda.
·         Masalah Irian Barat akan diselesaikan setahun setelah pengakuan kedaulatan.

Keuntungan dari perjanjian ini, tentu, diakuinya wilayah Indonesia. Hal ini juga merupakan kerugian utama yang dialami Indonesia, yakni sempitnya wilayah yang diakui. Masalah Irian Barat ditunda hingga satu tahun.


http://bloggerhando.blogspot.com/2013/05/perjuangan-diplomasi-kemerdekaan.html
http://imandos.blogspot.com/2012/03/koferensi-inter-indonesia.html