Kamis, 27 Agustus 2015

Abdulkadir Widjojoatmodjo: Orang Indonesia yang Memihak Belanda

Nama yang sangat Indonesia, kan?
Nama ini sudah tidak asing lagi bagi kita, pastinya. Beliau adalah salah satu perwakilan dalam Perundingan Renville. Uniknya, Abdulkadir yang namanya sangat berbau Jawa ini menjadi delegasi dari pihak Belanda. Nah, kok bisa, ya?

Raden Abdulkadir Widjojoatmodjo lahir di Salatiga, namun beliau memihak Belanda. Kedekatannya dengan Belanda tidak perlu diragukan. Abdulkadir adalah colonel di KNIL, kepala NICA, dan pernah beberapa kali menjabat sebagai administrator dan konsultan. Hampir seluruh pekerjaannya menerangkan dengan pasti keberpihakannya pada Belanda. Abdulkadir juga mendapat perlakuan baik dan bahkan diangkat untuk menjabat posisi-posisi penting oleh Belanda.

Karena itu, wajar bukan, apabila beliau lebih memihak Belanda?

Menurutmu?

Selasa, 18 Agustus 2015

Mengapa 10 November?



Mengapa 10  November?

Kita tahu bahwa tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan. Pertanyaannya; Mengapa harus 10 November?
Pada tanggal 10 November 1945, terjadi pertempuran besar di Surabaya yang dikenal sebagai Pertempuran Surabaya atau Peristiwa 10 November. Pertempuran ini adalah perang pertama pasukan Indonesia dengan pasukan asing setelah peristiwa Proklamasi Kemerdekaan. Perang ini juga merupakan salah satu pertempuran terbesar dan terberat dalam sejarah Revolusi Nasional.
Peristiwa ini dipicu oleh peristiwa perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato. Setelah peristiwa itu, meletuslah pertempuran anatara Indonesia dan Inggris yang saat itu menduduki Surabaya. Brigadir Jenderal Mallaby, pimpinan tentara Inggris untuk Jawa Timur, terbunuh. Penggantinya, Mayor Jenderal Robert Mansergh, mengeluarkan ultimatum yang menyebutkan bahwa semua pimpinan dan orang Indonesia yang bersenjata harus melapor dan meletakkan senjatanya di tempat yang ditentukan dan menyerahkan diri dengan mengangkat tangan di atas.
Ultimatum tersebut kemudian dianggap sebagai penghinaan bagi para pejuang dan rakyat. Pada 10 November pagi, tentara Inggris mulai melancarkan serangan berskala besar. Ribuan penduduk sipil jatuh menjadi korban dalam serangan tersebut. Setidaknya 6,000 - 16,000 pejuang dari pihak Indonesia tewas dan 200,000 rakyat sipil mengungsi dari Surabaya. Banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat sipil yang menjadi korban pada hari 10 November ini kemudian dikenang sebagai Hari Pahlawan oleh Republik Indonesia hingga sekarang.

Sumber:
https://id.wikipedia.org/wiki/Peristiwa_10_November



Jalur Diplomasi Indonesia



Diplomasi artinya perundingan/perjanjian yang dibuat untuk disepakati. Diplomasi adalah salah satu cara yang ditempuh Indonesia untuk mencapai kemerdekaan. Terhitung lima kali usaha Indonesia lewat jalur diplomasi. Berikut rincian beserta keuntungan dan kerugian jalur diplomasi tersebut bagi Indonesia:

1.      Perjanjian Linggrajati

Perjanjian Linggrajati berlangsung di Linggrajati,Cirebon pada 10 November 1946. Dalam perundingan, Indonesia diwakili oleh Sutan Syahrir dan Belanda diwakili Van Mook. Isi perjanjian Linggrajati adalah:

·         Belanda hanya mengakui kekuasaan RI atas Jawa,Madura, dan Sumatera.
·         RI dan Belanda bersama-sama membentuk Negara Indonesia Serikat  dengan nama Republik Indonesia Serikat (RIS) dan Indonesia merupakan salah satu negara bagiannya.
·         Negara Indonesia Serikat dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia-Belanda yang diketuai oleh ratu Belanda.

Hasil perundingan ini disebut sebagai Perjanjian Linggrajati yang ditandatangani di Istana Rijswijk (merdeka) pada tanggal 25 Maret 1947.

Meskipun perjanjian ini membawa keuntungan, yakni diakuinya kekuasaan RI, kerugian yang diderita Indonesia lebih banyak. Wilayah Indonesia dipersempit, dan Indonesia harus berada di bawah Uni Indonesia-Belanda yang dipimpin Belanda serta membentuk RIS.


2.      Perjanjian Renville

Perjanjian Renville berlangsung di kapal angkatan laut Amerika Serikat USS Renville. Untuk mengawasi pelaksanaan gencatan senjata dan sengketa Indonesia dengan Belanda, PBB membentuk Komite Tiga Negara (KTN) yang anggotanya dipilih Indonesia dan Belanda. Isi perjanjian Renville adalah:

·         Belanda hanya mengakui wilayah RI atas Jawa Tengah, Yogjakarta, Jawa Timur, sebagian kecil Jawa Barat dan Sumatera.
·         Tentara Republik Indonesia (TRI) ditarik mundur dari daerah kedudukan Belanda.

Meskipun diperuntukkan untuk mendamaikan Indonesia dengan Belanda, perjanjian ini sangat merugikan Indonesia. Wilayah Indonesia yang sudah sempit semakin dipersempit, perjanjian ini juga menimbulkan pemberontakan. Parahnya, Belanda mengumumkan bahwa tidak terikat lagi dengan perjanjian ini dan melancarkan Agresi Militer II.

3.      Perundingan Roem-Royen

Perjuangan rakyat dan tekanan internasional memaksa Belanda menerima perintah PBB agar menghentikan agresinya dan kembali ke meja perundingan. Untuk mengawasi jalannya perundingan, PBB membentuk UNCI (United Nations Comission for Indonesia). Perundingan ini ditandatangani pada 7 Mei 1949. Delegasi Indonesia dipimpin Mr. Moh. Roem dan Belanda dipimpin dr. Van Royen. Isi perjanjian Roem-Royen adalah:

·         Pemerintahan RI dikembalikan ke Yogyakarta, penghentian perang dan pembebasan tahanan politik.
·         Indonesia dan Belanda bekerja sama mengembalikan perdamaian.
·         Belanda menyetujui RI sebagai bagian dari Negara Indonesia Serikat.
·         Akan diselenggarakan KMB setelah pemerintahan RI kembali ke Jogjakarta

Dibandingkan perundingan-perundingan sebelumnya, perjanjian ini menghasilkan keputusan yang tidak terlalu merugikan Indonesia. Perjanjian ini juga meredakan agresi militer yang dilakukan Belanda. Meskipun begitu, wilayah Indonesia tidak benar-benar diakui seperti kemauan kita, yakni seluruh bekas jajahan Belanda.

4.      Konferensi Inter-Indonesia

Konferensi Inter Indonesia merupakan konferensi yang berlangsung antara negara Republik Indonesia dengan negara-negara boneka atau negara bagian bentukkan Belanda yang tergabung dalam BFO (Bijenkomst Voor Federal Overslag) Konferensi Inter Indonesia berlangsung di Yogyakarta pada tanggal 19-22 Juli 1949 yang dipimpin oleh Wakil Presiden Drs. Mohammad Hatta. Hasil kesepakatan dari Konferensi Inter-Indonesia adalah:

·         Negara Indonesia Serikat disetujui dengan nama Republik Indonesia Serikat (RIS) berdasarkan demokrasi dan federalisme (serikat).
·         RIS akan dikepalai oleh seorang Presiden dibantu oleh menteri-menteri yang bertanggung jawab kepada Presiden.
·         RIS akan menerima penyerahan kedaulatan, baik dari Republik Indonesia maupun dari kerajaan Belanda.
·         Angkatan perang RIS adalah angkatan perang nasional, dan Presiden RIS adalah Panglima Tertinggi Angkatan Perang RIS.
·         Pembentukkan angkatan Perang RIS adalah semata-mata soal bangsa Indonesia sendiri. Angkatan Perang RIS akan dibentuk oleh Pemerintah RIS dengan inti dari TNI dan KNIL serta kesatuan-kesatuan Belanda lainnya.

Perjanjian ini membahas tentang negara-negara boneka yang sejujurnya memecah-belah Indonesia. Meskipun banyak menyepakati tentang kekuatan militer, bersatunya wilayah Indonesia belum terwujud.

5.      Konferensi Meja Bundar (KMB)

KMB merupakan tindak lanjut dari Perundingan Roem-Royen . KMB bertempat di Deen Hag,Belanda pada tanggal 23 Agustus-2 November 1949. Delegasi Indonesia dipimpin Moh.Hatta, delegasi BFO (Bijeenkomst Voor Federal Overleg) atau Badan Musyawarah negara-negara Federal dipimpin Sultan Hamid II, delegasi Belanda dipimpin Mr. Van Maarseveen,sedangkan UNCI dipimpin oleh Chritchley. Hasil dari KMB adalah:

·         Indonesia menjadi Republik Indonesia Serikat (RIS) dan Belanda menyerahkan kedaulatan pada RIS pada akhir Desember 1949.
·         RIS dan Belanda akan tergabung dalam Uni Indonesia-Belanda.
·         Masalah Irian Barat akan diselesaikan setahun setelah pengakuan kedaulatan.

Keuntungan dari perjanjian ini, tentu, diakuinya wilayah Indonesia. Hal ini juga merupakan kerugian utama yang dialami Indonesia, yakni sempitnya wilayah yang diakui. Masalah Irian Barat ditunda hingga satu tahun.


http://bloggerhando.blogspot.com/2013/05/perjuangan-diplomasi-kemerdekaan.html
http://imandos.blogspot.com/2012/03/koferensi-inter-indonesia.html

Nama Tokoh Indonesia yang Dijadikan Nama Jalan di Luar Negeri



Tanpa jasa para pahlawan, Indonesia tidak mungkin ada seperti sekarang. Lalu, apa apresiasi yang dapat kita berikan pada para pendahulu kita itu? Sebagai warga negara yang baik, sudah sepantasnya kita mengenang para tokoh pahlawan kita. Banyak monumen atau nama jalan yang diperuntukkan untuk mengabadikan nama tokoh para pejuang. Ternyata, bukan hanya di Indonesia mereka dikenang. Nama para pahlawan kita banyak dijadikan nama jalan di luar negeri sebagai bentuk penghargaan. Nah, di mana sajakah nama jalan-jalan tersebut?

BELANDA                                 

Sjahrirstraat - Leiden
Sutan Syahrir adalah nama politikus sekaligus perdana menteri pertama di Indonesia. Beliau pernah berkuliah di Fakultas Hukum Universitas Amsterdam dan Leiden School of Indology. Namanya pun diabadikan menjadi sebuah nama jalan di Leiden, tempatnya dulu menimba ilmu.


Mohammed Hattastraat – Haarlem
Nama beliau pasti sudah tidak asing lagi bagi kita. Nama beliau dijadikan nama jalan di sebuah perumahan di Haarlem, Zuiderpolder, sejak  tahun 1987 oleh Walikota R.H. Claudius dikarenakan beliau pernah menimba ilmu di Belanda.

Irawan Soejonostraat – Amsterdam
Irawan Sejono adalah mahasiswa Indonesia yang diakui Belanda sebagai pahlwanan karena perjuangannya melawan Nazi. Saat PD II, beliau adalah anggota Perhimpunan Indonesia di  Belanda. Ayahnya, Adipati Ario Soejono, adalah orang Indonesia pertama yang menjadi menteri dalam kabinet Belanda.

 R.A Kartinistraat - Utrecht, Venlo, Amsterdam dan Haarlem
Raden Adjeng Kartini adalah pejuang hak perempuan baik di Indonesia maupun di Belanda. Namanya diabadikan sebagai nama jalan di empat kota di Belanda.
 
MAROKO

Rue Soukarno – Rabat
Nama Soekarno diabadikan menjadi nama jalan di Maroko sejak tanggal 2 Mei 1960. Jalan yang awalnya bernama Sharia Al-Rais Ahmed Soekarno ini kini lebih familiar dengan nama Rue Soekarno. Penamaan itu adalah salah satu bentuk penghargaan yang diberikan Raja Muhammad V atas jasa Ir. Soekarno pada Maroko. Soekarno sendirilah yang meresmikan jalan ini. 

MESIR

Ahmed Sokarno St. – Mesir
Pemberian nama jalan Ahmed Sokarno di Mesir menunjukkan suatu hubungan harmonis RI dengan Mesir. Nama Ahmed diberikan karena bung Karno dikenal dengan nama Ahmad Soekarno di Mesir. Nama tersebut diberikan oleh Gammal Abdul Nasser sebagai pemimpin waktu itu. Dipilihnya nama Soekarno untuk nama jalan karena pada tahun 1955 Sukarno berjasa sebagai pencetus Konferensi Asia Afrika (KAA).

Sumber:
https://www.facebook.com/Indonesia-Perjuanganku
http://www.liveberita.com/2015/03/pahlawan-indo-nama-jl-luar-negeri.html