Selasa, 22 September 2015

Gerakan 30 September

G-30S/PKI—sudah tidak asing di telinga kita, bukan?

Selama ini, nama PKI alias Partai Komunis Indonesia selalu menjadi satu-satunya pelaku peristiwa bersejarah ini. Pertanyaannya, benarkah hanya PKI yang terlibat? Kita tidak bisa menutup kemungkinan adanya campur tangan pihak-pihak lain. Berbagai teori konspirasi bermunculan, mulai dari keterlibatan Presiden Soekarno hingga CIA. Nah, apa sebenarnya rahasia di balik peristiwa ini?

Sebelumnya, kita harus tahu apa yang terjadi di tanggal 30 September itu. Sebenarnya, rentetan peristiwa ini terjadi pada malam hari dan sudah memasuki tanggal 1 Oktober, akibatnya nama Gestok atau Gerakan Satu Oktober juga merupakan nama lain dari G-30 S. Tujuh perwira tinggi militer TNI-AD beserta beberapa orang lainnya dibunuh dalam suatu percobaan kudeta terhadap pemerintahan saat itu.

LATAR BELAKANG

Partai Komunis Indonesia sempat mengalami kemunduran setelah dikalahkan dalam Pertempuran Madiun. Selama masa demokrasi liberal (1950-1959), PKI melakukan pemulihan hingga akhirnya berhasil masuk ke parlemen. Salah satu tokoh PKI, D.N. Aidit, kembali ke Indonesia setelah kabur ke Moskow sesaat setelah peristiwa di Madiun. Aidit memperkenalkan paham baru dan membimbing PKI.

PKI mencoba mendirikan kabinet tanpa Masyumi, karena Ahmad Subardjo (tokoh yang menandatangani Mutual Security Act) merupakan anggota Masyumi. PKI tidak menyukai kerjasama Indonesia dengan Amerika Serikat. PKI berhasil menanamkan pengaruh hingga akhirnya dapat meraih posisi keempat dalam pemilli tahun 1955.

Setelah dikeluarkannya Dekrit Presiden Tahun 1959, Ir. Soekarno menyampaikan pidato yang isinya kelak akan dijadikan Garis Besar Haluan Nasional. Soekarno menunjuk Dewan Pertimbangan Agung untuk merumuskan GBHN tersebur, dan D.N. Aidit adalah ketua panitia perumusan itu. Aidit dapat memasukan program-program PKI ke dalam GBHN. Terlebih setelah pecahnya dwitunggal Soekarno-Hatta—PKI dapat menarik Presiden Soekarno lebih dekat. PKI mendukung penuh program-program Presiden Soekarno dan istilah NASAKOM (Nasionalis, Agama, Komunis) yang dicanangkannya.

PKI melakukan berbagai tindakan sabotase kereta api, dianggap ikut serta dalam kerusuhan kelompok-kelompok buruh tani, serta menyebarkan berbagai isu yang berhubungan dengan TNI-AD. PKI pernah mengusulkan dibentuknya “Angkatan Kelima” yang berisi buruh dan petani yang dipersenjatai. PKI melumpuhkan suatu partai yang mengancam akan meyebarluaskan suatu dokumen rahasia PKI yang berisi pernyataan akan mengubah Indonesia menjadi negara komunis. Ada pula isu dokumen Gilchrist yang berisi pernyataan kudeta terhadap Presiden Soekarno.
Salah satu isu yang disebarkan PKI adalah isu dewan jenderal. Muncul isu bahwa petinggi TNI-AD akan melakukan kudeta terhadap Presiden Soekarno, oleh karena itu TNI-AD harus dilumpuhkan untuk menghindari kerusuhan dan jatuhnya korban jiwa.

PERISTIWA

Pada 1 Oktober dini hari, 6 perwira tinggi TNI diculik dan dibunuh dalam upaya kudeta yang disalahkan pada pasukan pengawal istana (Cakrabirawa) yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Untung.
Keenam pejabat tinggi yang dibunuh tersebut adalah:
·         Letjen TNI Ahmad Yani (Menteri/Panglima Angkatan Darat/Kepala Staf Komando Operasi Tertinggi)
·         Mayjen TNI Raden Suprapto (Deputi II Menteri/Panglima AD bidang Administrasi)
·         Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono (Deputi III Menteri/Panglima AD bidang Perencanaan dan Pembinaan)
·         Mayjen TNI Siswondo Parman (Asisten I Menteri/Panglima AD bidang Intelijen)
·         Brigjen TNI Donald Isaac Panjaitan (Asisten IV Menteri/Panglima AD bidang Logistik)
·         Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo (Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan Darat)
Jenderal TNI Abdul Harris Nasution yang menjadi sasaran utama, selamat dari upaya pembunuhan tersebut. Sebaliknya, putrinya Ade Irma Suryani Nasution dan ajudannya, Lettu CZI Pierre Andreas Tendean tewas dalam usaha pembunuhan tersebut.
Para korban tersebut kemudian dibuang ke suatu lokasi di Pondok GedeJakarta yang dikenal sebagai Lubang Buaya. Mayat mereka ditemukan pada 3 Oktober.
Selain itu beberapa orang lainnya juga turut menjadi korban:
·         Bripka Karel Satsuit Tubun (Pengawal kediaman resmi Wakil Perdana Menteri II dr.J. Leimena)
·         Kolonel Katamso Darmokusumo (Komandan Korem 072/Pamungkas, Yogyakarta)
·         Letkol Sugiyono Mangunwiyoto (Kepala Staf Korem 072/Pamungkas, Yogyakarta)
Panglima Komando Strategi Angkatan Darat saat itu, Mayjen Soeharto kemudian mengadakan penumpasan terhadap gerakan tersebut.

TEORI-TEORI KONSPIRASI

Soekarno mengeluarkan istilah NASAKOM, yang mengesankan bahwa beliau mendukung gerakan PKI. Ada pula keterlibatan CIA dalam rangka pengadaan senjata bagi TNI-AD. Namun, di antara semua itu, yang paling mencolok adalah teori tentang keterlibatan Soeharto, yang kelak akan menjadi presiden Indonesia yang kedua.

Saat itu, Soeharto adalah salah satu petinggi TNI, namun mengapa beliau tidak ikut diculik? Posisi Soeharto bisa dibilang paling menguntungkan, karena Soeharto lah yang akan menumpas gerakan ini dan diangkat menggantikan Ir. Soekarno menjadi presiden dalam peristiwa Supersemar. Muncul spekulasi bahwa Soeharto lah dalang di balik semua ini.

Meski begitu, orang-orang yang mengeksekusi pergerakan ini juga bertindak dengan agak janggal. Menurut beberapa sumber, mereka hanya diperintahkan untuk mengamankan para perwira TNI tersebut, bukan justru membunuh mereka. Dan juga, apabila mereka termasuk bagian dari Cakrabirawa, seharusnya mereka mengenali A.H. Nasution—mereka justru salah dan menangkap Pierre Andreas. Aneh, bukan?

Jadi, sebenarnya siapa dalang di balik peristiwa ini?

Berbagai pihak yang terlibat dalam peristiwa ini sama-sama punya andil. Gerakan ini tidak dapat disebut G-30S/PKI, mengingat PKI bukanlah satu-satunya pihak yang terlibat. Bisa jadi Soeharto lah yang menjadi dalangnya, bisa juga PKI, atau mungkin ada pihak lain?
Tidak menutup kemungkinan akan terungkap lebih banyak fakta tentang peristiwa bersejarah yang penuh misteri ini.

Kesimpulannya, peristiwa 30 September ini tidak hanya melibatkan PKI, tetapi masih ada banyak misteri yang belum terungkap mengenai pihak-pihak yang terkait. Siapapun pihak yang ada di baliknya, peristiwa ini bukanlah peristiwa yang dapat dibanggakan dan merenggut nyawa orang lain. Semoga fakta-fakta lainnya dapat terungkap seiring waktu.