Kerajaan Samudera Pasai
Kesultanan
Pasai, juga dikenal dengan Samudera Darussalam, atau Samudera
Pasai, adalah kerajaan Islam yang terletak di pesisir pantai utara
Sumatera, kurang lebih di sekitar Kota Lhokseumawe dan Aceh Utara, Provinsi
Aceh, Indonesia.
Belum begitu banyak bukti arkeologis tentang
kerajaan ini untuk dapat digunakan sebagai bahan kajian sejarah. Namun beberapa
sejarahwan memulai menelusuri keberadaan kerajaan ini bersumberkan dari Hikayat
Raja-raja Pasai, dan ini dikaitkan dengan beberapa makam raja serta penemuan
koin berbahan emas dan perak dengan tertera nama rajanya.
Mata uang emas dari Kerajaan Samudera Pasai untuk
pertama kalinya dicetak oleh Sultan Muhammad yang berkuasa sekitar tahun
1297-1326 Masehi.
Mata uangnya disebut “Dirham” atau “Mas” dan
mempunyai standar berat 0,60 gram (berat standar Kupang).
Namun ada juga koin-koin Dirham Pasai yang sangat
kecil dengan berat hanya 0,30 gram (1/2 dari Kupang atau 3 kali Saga). Uang Mas
Pasai mempunyai diameter 10–11 mm, sedangkan yang 1/2 Mas berdiameter 6 mm.
Pada hampir semua koinnya ditulis nama Sultan
dengan gelar “Malik az-Zahir” atau “Malik at-Tahir”. Nama dirham menunjukkan
pengaruh kuat pedagang Arab dan budaya Islam di kerajaan tersebut.
Selain
uang dirham, peninggalan Samudera Pasai yang lainnya adalah Cakra Donya, makam
para sultan, stempel kerajaan, dan surat Sultan Zainal Abidin.
Kesultanan Banten
Kesultanan Banten merupakan sebuah kerajaan
Islam yang pernah berdiri dan sekarang lokasi wilayahnya persis berada di Provinsi
Banten, Indonesia.
Berawal sekitar tahun 1526, ketika Kerajaan Demak
memperluas pengaruhnya ke kawasan pesisir barat Pulau Jawa, dengan menaklukan
beberapa kawasan pelabuhan kemudian menjadikannya sebagai pangkalan militer
serta kawasan perdagangan.
Seiring
dengan kemunduran Demak terutama setelah meninggalnya Trenggana (dikenal juga
sebagai Tung Ka Lo adalah raja Demak ketiga 1505-1518 dan 1521-1546.), Banten
yang sebelumnya vazal dari Kerajaan Demak, mulai melepaskan diri dan menjadi
kerajaan yang mandiri.
Mata
uang dari Kesultanan Banten pertama kali dibuat sekitar 1550-1596 Masehi.
Bentuk koin Banten mengambil pola dari koin cash
Cina yaitu dengan lubang di tengah, dengan ciri khas persegi 6 pada lubang
tengahnya (heksagonal).
Inskripsi bagian muka pada mulanya dalam bahasa
Jawa: “Pangeran Ratu”.
Namun setelah mengakarnya agama Islam di Banten,
inskripsi diganti dalam bahasa Arab, “Pangeran Ratu Ing Banten”.
Terdapat beberapa jenis mata-uang lainnya yang
dicetak oleh Sultan-sultan Banten, baik dari tembaga ataupun dari timah,
seperti yang ditemukan pada beberapa tahun yang lalu.
Berikut beberapa peninggalannya
Kesultanan Gowa-Tallo
Di
daerah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara, berdiri kerajaan Gowa dan Buton.
Kerajaan Gowa pernah mengedarkan mata uang dan emas yang disebut “Jinggara”.
Salah satunya dikeluarkan atas nama Sultan
Hasanuddin, raja Gowa yang memerintah pada tahun 1653-1669. Selaing itu beredar
juga uang dari bahan campuran timah dan tembaga yang disebut “Kupa”.
Kesultanan
Gowa atau kadang ditulis Goa, adalah salah satu kerajaan besar dan paling
sukses yang terdapat di daerah Sulawesi Selatan. Rakyat dari kerajaan ini
berasal dari Suku Makassar yang berdiam di ujung selatan dan pesisir barat
Sulawesi.
Wilayah kerajaan ini sekarang berada di bawah
Kabupaten Gowa dan beberapa bagian daerah sekitarnya. Kerajaan ini memiliki
raja yang paling terkenal bergelar Sultan Hasanuddin, yang saat itu melakukan
peperangan yang dikenal dengan Perang Makassar (1666-1669) terhadap VOC yang
dibantu oleh Kerajaan Bone yang dikuasai oleh satu wangsa Suku Bugis dengan
rajanya Arung Palakka.
Berikut beberapa peninggalannya.
Kompleks Makam Katangka
.
Kesultanan Cirebon
Lokasinya di pantai utara pulau Jawa yang
merupakan perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Barat.
Hal itu membuatnya menjadi pelabuhan dan
“jembatan” antara kebudayaan Jawa dan Sunda sehingga tercipta suatu kebudayaan
yang khas, yaitu kebudayaan Cirebon yang tidak didominasi kebudayaan Jawa
maupun kebudayaan Sunda.
Sultan yang memerintah kerajaan Cirebon pernah
mengedarkan mata uang yang pembuatannya dipercayakan kepada seorang Cina. Uang
timah yang amat tipis dan mudah pecah ini berlubang segi empat atau bundar di
tengahnya, disebut Picis.
Uang koin jenis Picis ini dibuat sekitar abad
ke-17. Di sekeliling lubang ada tulisan Cina atau tulisan berhuruf Latin yang
berbunyi “CHERIBON”.
Sumber
Wikipedia.id
http://wisatadanbudaya.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar