Kerajaan Samudera Pasai
Mata uang emas dari Kerajaan Samudera Pasai untuk
pertama kalinya dicetak oleh Sultan Muhammad yang berkuasa sekitar tahun
1297-1326 Masehi.
Mata uangnya disebut “Dirham” atau “Mas” dan
mempunyai standar berat 0,60 gram (berat standar Kupang).
Namun ada juga koin-koin Dirham Pasai yang sangat
kecil dengan berat hanya 0,30 gram (1/2 dari Kupang atau 3 kali Saga). Uang Mas
Pasai mempunyai diameter 10–11 mm, sedangkan yang 1/2 Mas berdiameter 6 mm.
Selain uang dirham, peninggalan Samudera Pasai yang
lainnya adalah Cakra Donya, makam para sultan, stempel kerajaan, dan surat
Sultan Zainal Abidin.
Kesultanan Aceh Darussalam
Pada sekitar abad ke-16, masyarakat Aceh yang bernaung di bawah pemerintahan Kesultanan Aceh Darussalam sudah mengenal beberapa jenis mata uang. Uang yang digunakan di Aceh kala itu terbuat dari emas, kupang, pardu, dan tahil (Said a, 1981:219).
Peninggalan kesultanan ini antara lain Balai Kembang Cahaya, Meriam Aceh, dan berbagai kerajinan tangan.
Kesultanan Banten
Mata uang dari Kesultanan Banten pertama kali
dibuat sekitar 1550-1596 Masehi.
Bentuk koin Banten mengambil pola dari koin cash
Cina yaitu dengan lubang di tengah, dengan ciri khas persegi 6 pada lubang
tengahnya (heksagonal).
Inskripsi bagian muka pada mulanya dalam bahasa
Jawa: “Pangeran Ratu”.
Namun setelah mengakarnya agama Islam di Banten,
inskripsi diganti dalam bahasa Arab, “Pangeran Ratu Ing Banten”.
Terdapat beberapa jenis mata-uang lainnya yang
dicetak oleh Sultan-sultan Banten, baik dari tembaga ataupun dari timah,
seperti yang ditemukan pada beberapa tahun yang lalu.
Terdapat peninggalan-peninggalan lainnya,
seperti Keraton Kaibon, Keraton Surosowan, Masjid Agung Banten, Danau
Tasikardi, dan Pengindelan Emas.Kesultanan Cirebon
Sultan yang memerintah kerajaan Cirebon pernah
mengedarkan mata uang yang pembuatannya dipercayakan kepada seorang Cina. Uang
timah yang amat tipis dan mudah pecah ini berlubang segi empat atau bundar di
tengahnya, disebut Picis.
Uang koin jenis Picis ini dibuat sekitar abad
ke-17. Di sekeliling lubang ada tulisan Cina atau tulisan berhuruf Latin yang
berbunyi “CHERIBON”.
Peninggalan kesultanan ini antara lain Keraton
Kasepuhan, Keraton Kanoman, Taman Air Gua Sunyaragi, dan Masjid Sang Cipta
Rasa.
Kesultanan Demak
Peninggalan kesultanan ini antara lain Dampar Kencana, Masjid Agung Demak, Pintu Bledeg, dan Piring Campa.
Kesultanan Mataram Islam
Peninggalannya berupa Bangsal Duda, Gerbang Makam Kota Gede, dan Masjid Makam Kota Gede.
Kesulatan Gowa-Tallo
Di daerah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara,
berdiri kerajaan Gowa dan Buton. Kerajaan Gowa pernah mengedarkan mata uang dan
emas yang disebut “Jinggara”.
Salah satunya dikeluarkan atas nama Sultan
Hasanuddin, raja Gowa yang memerintah pada tahun 1653-1669. Selaing itu beredar
juga uang dari bahan campuran timah dan tembaga yang disebut “Kupa”.
Peninggalan kerajaan ini adalah Benteng Ford
Rotterdam, Masjid Katangka, dan Makam Sultan Hasanuddin.
Kesultanan Ternate-Tidore
Peninggalannya berupa Istana Kesulatan Ternate,
Makam Sultan Babullah, dan Masjid Kesultanan Ternate
Tidak ada komentar:
Posting Komentar