G-30S/PKI—sudah
tidak asing di telinga kita, bukan?
Selama
ini, nama PKI alias Partai Komunis Indonesia selalu menjadi satu-satunya pelaku
peristiwa bersejarah ini. Pertanyaannya, benarkah hanya PKI yang terlibat? Kita
tidak bisa menutup kemungkinan adanya campur tangan pihak-pihak lain. Berbagai
teori konspirasi bermunculan, mulai dari keterlibatan Presiden Soekarno hingga
CIA. Nah, apa sebenarnya rahasia di balik peristiwa ini?
Sebelumnya,
kita harus tahu apa yang terjadi di tanggal 30 September itu. Sebenarnya,
rentetan peristiwa ini terjadi pada malam hari dan sudah memasuki tanggal 1
Oktober, akibatnya nama Gestok atau Gerakan Satu Oktober juga merupakan nama
lain dari G-30 S. Tujuh perwira tinggi militer TNI-AD beserta beberapa orang
lainnya dibunuh dalam suatu percobaan kudeta terhadap pemerintahan saat itu.
LATAR BELAKANG
Partai Komunis Indonesia sempat mengalami kemunduran setelah
dikalahkan dalam Pertempuran Madiun. Selama masa demokrasi liberal (1950-1959),
PKI melakukan pemulihan hingga akhirnya berhasil masuk ke parlemen. Salah satu
tokoh PKI, D.N. Aidit, kembali ke Indonesia setelah kabur ke Moskow sesaat
setelah peristiwa di Madiun. Aidit memperkenalkan paham baru dan membimbing
PKI.
PKI mencoba mendirikan kabinet tanpa Masyumi, karena Ahmad
Subardjo (tokoh yang menandatangani Mutual Security Act) merupakan
anggota Masyumi. PKI tidak menyukai kerjasama Indonesia dengan Amerika Serikat.
PKI berhasil menanamkan pengaruh hingga akhirnya dapat meraih posisi keempat
dalam pemilli tahun 1955.
Setelah dikeluarkannya Dekrit Presiden Tahun 1959, Ir.
Soekarno menyampaikan pidato yang isinya kelak akan dijadikan Garis Besar
Haluan Nasional. Soekarno menunjuk Dewan Pertimbangan Agung untuk merumuskan
GBHN tersebur, dan D.N. Aidit adalah ketua panitia perumusan itu. Aidit dapat
memasukan program-program PKI ke dalam GBHN. Terlebih setelah pecahnya dwitunggal
Soekarno-Hatta—PKI dapat menarik Presiden Soekarno lebih dekat. PKI mendukung
penuh program-program Presiden Soekarno dan istilah NASAKOM (Nasionalis, Agama,
Komunis) yang dicanangkannya.
PKI melakukan berbagai tindakan sabotase kereta api,
dianggap ikut serta dalam kerusuhan kelompok-kelompok buruh tani, serta
menyebarkan berbagai isu yang berhubungan dengan TNI-AD. PKI pernah mengusulkan
dibentuknya “Angkatan Kelima” yang berisi buruh dan petani yang dipersenjatai.
PKI melumpuhkan suatu partai yang mengancam akan meyebarluaskan suatu dokumen rahasia
PKI yang berisi pernyataan akan mengubah Indonesia menjadi negara komunis. Ada
pula isu dokumen Gilchrist yang berisi pernyataan kudeta terhadap Presiden
Soekarno.
Salah satu isu yang disebarkan PKI adalah isu dewan
jenderal. Muncul isu bahwa petinggi TNI-AD akan melakukan kudeta terhadap
Presiden Soekarno, oleh karena itu TNI-AD harus dilumpuhkan untuk menghindari
kerusuhan dan jatuhnya korban jiwa.
PERISTIWA
Pada 1 Oktober dini hari, 6 perwira tinggi TNI diculik dan
dibunuh dalam upaya kudeta yang disalahkan pada pasukan pengawal istana
(Cakrabirawa) yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Untung.
Keenam pejabat tinggi yang dibunuh
tersebut adalah:
·
Mayjen TNI Mas
Tirtodarmo Haryono (Deputi III Menteri/Panglima AD bidang
Perencanaan dan Pembinaan)
Jenderal TNI Abdul Harris
Nasution yang menjadi sasaran utama, selamat dari upaya
pembunuhan tersebut. Sebaliknya, putrinya Ade Irma Suryani Nasution dan
ajudannya, Lettu CZI Pierre Andreas Tendean tewas dalam usaha
pembunuhan tersebut.
Para korban tersebut kemudian
dibuang ke suatu lokasi di Pondok Gede, Jakarta yang
dikenal sebagai Lubang Buaya. Mayat mereka ditemukan pada 3 Oktober.
Selain itu beberapa orang lainnya
juga turut menjadi korban:
Panglima Komando Strategi Angkatan Darat
saat itu, Mayjen Soeharto kemudian mengadakan
penumpasan terhadap gerakan tersebut.
TEORI-TEORI KONSPIRASI
Soekarno mengeluarkan istilah NASAKOM, yang mengesankan
bahwa beliau mendukung gerakan PKI. Ada pula keterlibatan CIA dalam rangka
pengadaan senjata bagi TNI-AD. Namun, di antara semua itu, yang paling mencolok
adalah teori tentang keterlibatan Soeharto, yang kelak akan menjadi presiden
Indonesia yang kedua.
Saat itu, Soeharto adalah salah satu petinggi TNI, namun
mengapa beliau tidak ikut diculik? Posisi Soeharto bisa dibilang paling
menguntungkan, karena Soeharto lah yang akan menumpas gerakan ini dan diangkat
menggantikan Ir. Soekarno menjadi presiden dalam peristiwa Supersemar. Muncul
spekulasi bahwa Soeharto lah dalang di balik semua ini.
Meski begitu, orang-orang yang mengeksekusi pergerakan ini
juga bertindak dengan agak janggal. Menurut beberapa sumber, mereka hanya
diperintahkan untuk mengamankan para perwira TNI tersebut, bukan justru
membunuh mereka. Dan juga, apabila mereka termasuk bagian dari Cakrabirawa,
seharusnya mereka mengenali A.H. Nasution—mereka justru salah dan menangkap Pierre
Andreas. Aneh, bukan?
Jadi, sebenarnya siapa dalang di balik peristiwa ini?
Berbagai pihak yang terlibat dalam peristiwa ini sama-sama
punya andil. Gerakan ini tidak dapat disebut G-30S/PKI, mengingat PKI bukanlah
satu-satunya pihak yang terlibat. Bisa jadi Soeharto lah yang menjadi
dalangnya, bisa juga PKI, atau mungkin ada pihak lain?
Tidak menutup kemungkinan akan terungkap lebih banyak fakta
tentang peristiwa bersejarah yang penuh misteri ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar